Minggu, 08 November 2009

Akibat Dua Bandot Berebut Mangsa

Gimana jadinya, jika Bandot bertarung melawan Bandot? Seru banget! Heboh! Fantastik! Bandot yang satu tewas, Bandot satunya masuk penjara!

Kedua Bandot ini termasuk Bandot-bandot kelas kakap, punya kekuasaan dan banyak uang. Mereka bertikai hanya gara-gara berebut seorang perempuan muda cantik.

Tapi mengapa mereka harus berebut? Bukan jumlah perempuan cantik melimpah? Tidak usah heran, sudah sifat Bandot-bandot liar yang selalu mengumbar nafsu pada setiap perempuan, tidak peduli perempuan itu sudah jadi milik Bandot lain.

Akibatnya fatal! Jabatan hilang masa depan melayang. Keluarga berantakan! Dua Bandot liar kali ini memang sedang apes. Satu tewas dan satu lagi masuk penjara.

Bagaimana dengan Bandot-bandot liar lainya? Jangan mau jadi korban Bandot berikutnya. Tetaplah waspada, mereka masih berkeliaran dan mungkin mengincar anda!

Sebagai bahan perenungan, baca berita ini:

Antasari Cium Bibir Rani, Pengunjung Sidang Heboh

Kamis, 8 Oktober 2009 | 12:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak hanya perseteruan antara tim jaksa penuntut umum (JPU) dan terdakwa Antasari Azhar yang menjadi perhatian dalam persidangan perdana kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengundang perhatian. Ada topik lain yang tak kalah serunya, yakni soal munculnya nama Rani Juliani, istri siri Nasrudin dalam dakwaan untuk Ketua KPK nonaktif itu.

Dalam dakwaan setebal tujuh halaman, kronologis pertemuan Antasari dan Rani di kamar 803 Hotel Grand Mahakam, Jakarta, diangkat oleh Jaksa. JPU menceritakan, pembunuhan Dirut PT Putra Rajawali Banjaran tersebut berawal dari pertemuan Rani dengan Antasari untuk membicarakan keanggotaan Antasari di Modern Golf Tanggerang. Menjelang pulang, terdakwa memberi Rani uang 300 dollar AS. Antasari lalu memeluk Rani dan mengajak bersetubuh. Namun, ajakan ditolak dengan mengatakan, "Lain kali aja Pak," ucap JPU dalam pembacaan dakwaan. Tak berhenti sampai di situ, terdakwa lantas mencium pipi kiri dan pipi kanan.

Pertemuan itu lalu diceritakan Rani kepada Nasrudin. Merasa mempunyai kepentingan, Nasrudin lantas meminta Rani kembali menemui Antasari. Ia berharap Rani dapat menjadi penghubung dengan Antasari. Hal ini terkait dengan usaha Nasrudin untuk menjadi direktur BUMN. "Setelah dihubungi, terdakwa bersedia bertemu di tempat yang sama. Selanjutnya, dengan menggunakan taksi, Rani dan Nasrudin menuju Hotel Grand Mahakam. "Saat akan menuju kamar, korban diminta agar mengaktifkan HP supaya bisa mendengar pembicaraan," terang JPU.

Pada saat Rani masuk, ucap JPU, Antasari sudah berada di dalam kamar dan mempersilakan Rani duduk di sofa. Rani kembali meminta Antasari menjadi anggota Modern Golf, dan juga menanyakan kemungkinan "kerabat"-nya (Nasrudin) menjadi Direktur BUMN. Di sela pembicaraan, Antasari meminta Rani memijat punggungnya. "Pada saat sedang dipijat, terdakwa membalikkan tubuh lalu mencium pipi, bibir, membuka kancing baju dan menurunkan bra sebelah kiri sambil berkata 'katanya pertemuan selanjutnya kamu mau'," terang JPU.

Ajakan tersebut kembali ditolak Rani. Karena takut terdengar korban, Rani kemudian mematikan telepon seluler. Meskipun ditolak, terdakwa masih terus menjamah tubuh Rani Juliani dan meminta Rani memegang alat kelamin Antasari hingga mengeluarkan sperma. Sebelum pulang, Antasari memberikan uang sebesar 500 dollar AS.

Ketika akan keluar kamar, tiba-tiba Nasrudin masuk dan marah sambil berkata kepada Antasari, "Mengapa Bapak bertemu dengan istri saya di sini dan apa yang Bapak lakukan terhadap istri saya? Kemudian menampar pipi Rani," jelas JPU. Mendengar kemarahan korban, kata JPU, Antasari menjawab, "Jangan Pak, saya masih ingin memperbaiki negara. Lalu merangkul dan mengajak bicara. Ya sudah kita satu tim," ucap JPU.

Pembacaan kronologis itulah yang membuat geli tamu dan wartawan yang hadir dalam persidangan. Suara "Hahhh...Woww..." terus terucap saat pembacaan dakwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar